Dari Mana Datangnya “Jomblo“ ?

|
Ngejomblo atau nggak ngejomblo sama-sama ada plus minusnya. Maksudnya, keduanya sama-sama “menuntut harga”. So, yang penting kalau kita ngejomblo, ngejomblolah dengan elegan; dan kalau kita punya pasangan hidup, punyailah pasangan hidup dengan elegan pula. Itu saja.


Dari Mana Datangnya Jomblo?
Selamat Datang Jomblo

Konon, menurut Kamus Besar Indonesia sehari-hari. Pada mulanya adalah “jomlo” tidak pakai “b”. Jomlo artinya perempuan tua. Lalu entah mengapa, terjadilah metamorfosa dari “jomlo” ke “ jomblo” pakai “b”. Yang artinya bukan lagi perempuan tua, tapi orang bias cewek bias cowok yang tidak atau belum pasangan hidup walau sudah cukup umur. Masih “mesakne bae” kata orang Sasak.
Ada jomblo abadi, ada jomblo semusim. Jomblo abadi, tidak punya pasangan hidup selamanya atau tidak menikah sampai akhir hayat dikandung badan. Sedangkan jomblo semusim, Cuma untuk sementara waktu saja ia “mesakne bae”, suatu saat bias saja ia dapat jodoh dan menikah.
Metamorfosa itu rupanya bukan hanya terjadi pada istilah dari “jomlo” ke “jomblo”, tapi juga pada apresiasi atau penerimaan terhadap status jomblo. Dulu jomblo apalagi kalau itu perempuan dianggap sebagai status yang “aneh” dan “memalukan”, karenanya kalau bias disembunyikan. Dari situasi inilah muncul ungkapan bernada ngece (ngejek) “perawan tua” dan “perjaka ting-tong”.
Sekarang jomblo nggak lagi dianggap “seaneh” dan “sememalukan” dulu. Ya, ada juga sih orang yang masih memandang kejombloan itu secara negatif dengan curiga dan sinis. Tapi kebanyakan orang relatif lebih bias menerima kehadiran para jomblo. Bias jadi ini sebagai salah satu dampak modernisasi. Orang makin maju, makin pintar, makin sibuk, makin pula nggak mau repot-repot mikirin pasangan hidup.
Bias juga karena perbedaan jumlah antara cewek dan cowok sudah sedemikian lebar selebar jurang pemisah antara si kaya dan si miskin di negeri ini. Mungkin satu berbanding tiga atau bahkan empat. Jadi makin banyak orang yang ngejomblo. Orang pun jadi biasa pula gitu.
Bahkan ada pula loh yang bangga dengan kejombloannya. Dari mereka yang bangga-bangga itulah muncul istilah “jojoba” (Jomblo-jomblo Bahagia), Ijo Lumut (Ikatan Jomblo Lucu dan Imut), Kejora (Kelompok Jomblo Ceria), juga Joker’s (Jomblo Keren nan Sukses).
Malah di televisi kemarin-kemarin pernah ada kan penghargaan untuk jomblo paling ceria atau jomblo paling apa gitu. Yaitu mereka yang sudah cukup umur dan belum punya pasangan hidup, tapi hidupnya enjoy-enjoy aja dan tetap produktif.
Yang terpenting kan bukan statusnya ngejomblo atau punya pasangan hidup. Tapi bagaimana kita menyikapi status itu. Kalau kita menyikapinya dengan positif, kreatif, dan rasa syukur, apa pun statusnya kita akan dapat menikmatinya. Enjoy and Asyik. Sebaliknya, kalau kita menyikapinya secara negatif, penuh keluh kesah, dan hanya melihat sisi yang buruk, status apa pun bisa menjadi penjara yang menyesakkan.
Lalu bagaimana dong dengan ungkapan lama ini – Lahir, kawin dan mati – untuk menggambarkan siklus kehidupan manusia?. Terus terang saya nggak begitu setuju dengan ungkapan itu. Masak lahir dan mati disejajarkan dengan kawin.
Lahir dan mati itu hak preogratif Tuhan. Kita nggak bias memilih mau lahir dimana, sebagai bangsa apa atau mau mati kapan dan dengan cara apa. Itu sepenuhnya wewenang Tuhan. Sedangkan kawin kan pilihan kita sendiri. Kitalah yang memilih mau kawin atau nggak.
Kalau misalnya kita nggak mau, masak sih Tuhan maksa. Dalam “kasus” khusus kadang memang Tuhan “maksa” juga. Tapi secara umum Tuahn member kita kebebasan untuk memilih koq. Free will. Termasuk dalam hal kawin atau nggak.
 Tetapi kan ada tuh pepatah yang bilang, “jodoh di tangan Tuhan. “Betul, tapi pepatah itu sebetulnya mau mengatakan begini: Walaupun kita sudah sangat keras nguber, ngejar, ngebet, tapi kalau bukan jodoh ya nggak akan jadi. Tapi sebaliknya, kalau kita nggak mau berusaha, nggak mau membuka diri, ya nggak bisa juga dong. Masak tahu-tahu abracadabra ada cowok or cewek rupawan yang berdri di depan kita dan bilang, “Kawin yuk!”. Percaya dah, Tuhan nggak bakalan menolong orang yang nggak mau menolong dirinya sendiri.
Cukup sekian dulu ya.. tunggu Article tentang Jomblo berikutnya.

Related Posts :

Silahkan klik disini untuk berlangganan Artikel Gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di HARMANSYAH BLOG

2 komentar:

Himawan Sant said...

Lucu dan kreatif ya orang bikin istilah Jomblo .. bikin ngakak bacanya 😅

Menurutku, seseorang jadi jomblo atau tidaknya adalah suatu pilihan.
Kalau buat seseorang merasa nyaman dan bahagia dengan pilihannya, tentu akan membuat bahagia jalaninya.

Harmansyah said...

@himawan sant, iya sob menjadi jomblo atau tidak itu merupakan suatu pilihan, banyak orang yang tidak mau ribet dengan urusan pacaran harus begini harus begitu, begitu pun sebaliknya banyak orang juga yang ingin berbagi keluh dan kesah kepada orang yang benar2 dia percaya sehingga dia harus memiliki pasangan.

Post a Comment

...... Terima kasih telah berkunjung, silahkan berkomentar dengan baik sopan sesuai dengan tema konten dan tidak mengandung unsur Sara ......