Tujuh Kebiasaan Jomblo yang Tidak Efektif

|
Emang, sadar atau tidak, kita kerap di bikin repot dan susah oleh ulah kita sendiri. Sikap, tindakan dan cara kita berpikirlah yang kerap membuat yang sederhana jadi rumit : yang bukan masalah jadi masalah dan yang sudah jadi masalah tambah jadi masalah.

Tujuh Kebiasaan Jomblo yang Tidak Efektif
Tujuh Kebiasaan Jomblo Yang Tidak Efektif

Negatif Thinking
Misalnya kita lagi jalan sendiri lalu ada yang nanya, "koq sendiri?" Kita langsung bereaksi "sudah tahu pakai nanya-nanya. Mentang-mentang saya jomblo. Ngejek, ya." Atau, kita melihat ada orang yang orang lain yang melihat kita. Reaksi kita pun "Kenapa sih lihat-lihat?! Aneh ya, saya jomblo. Dasar, tamblo luh". (Tamblo=Tampang Bloon).
Padahal "Koq sendiri?" itu kan pertanyaan setandar orang yang ingin bertanya tapi tidak tahu mau tanya apa. Alias just basa-basi. Tidak punya maksud apa-apa. Malah kalau tanyanya "Koq berdua?" atau "Sama siapa?" jadi aneh bin konyol. Lah sudah jelas "sendiri" pakai tanya "Koq berdua?" atau "Sama siapa?" segala.
Orang yang melihat kita juga, bisa karena rasa-rasanya koq seperti kenal gitu. Atau bisa juga karena melihat tahi lalat yang nempel di pipi kita. Dipikirnya, "Hoki benar tuh orang ada tahi lalat di pipinya. Coba kalau tahi kebo atau tahi burung, kan jelek!" Tidak ada kaitannya dengan kejombloan kita.
Kalau sudah dikuasai oleh pikiran negatif, segala sesuatu akan disikapi secara negatif. Ibarat kacamata hitam, semua yang dilihatnya menjadi serba hitam.

Citra Diri yang Negatif
Tidak bisa menghargai diri sendiri. Selalu merasa kurang, jelek, goblok, tidak berguna, minus dan lain-lain.
"Siapalah saya ini. Sudahj tampang pas-pasan. Tidak kaya. Tidak pintar. Tidak bisa apa-apa. Pokoknya tidak ada yang bisa dibanggakanlah. Mana ada yang mau. Andai pun saya jadi orang lain, tidak bakalan saya mau sama orang kayak saya begini. Nyusahin diri sendiri saja".
Padahal masa sih Tuhan menciptakan kita kalau kita ini segitu buruknya. Tidak ada kebaikannya sama sekali. Jelek melulu. Kitab suci sudah jelas bilang, kalau di mata Tuhan kita ini makhluk yang sangat berharga dan sama, hanya amal ibadah kita yang membedakan. Kita adalah ciptaan Tuhan yang "sungguh amat sempurna". Jadi kalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, itu berarti kita juga tidak menghargai Tuhan sebagai pencipta kita.
Dan pula hati-hati loh, gambaran kita tentang diri sendiri sangat besar pengaruhnya terhadap pikiran, perasaan, dan tindakan kita. Ibarat makanan yang kita makan menentukan sehat tidaknya tubuh kita, citra diri kita juga sangat menentukan apakah kita akan menjadi pribadi yang optimistis atau pesimistis, percaya diri atau rendah diri, punya vitalitas hidup atau loyo alias tidak punya semangat hidup.

Rumput di Halaman RUmah Tetangga Kelihatan Lebih Hijau
"Duh enak benar punya pacar kayak dia. Kemana-mana ada yang nemenin. Ada yang perhatiin and diperhatiin. Ada shoulder to cry on. Malam minggu tidak melongo sendiri di rumah. Lonely. Bisa merasakan dag dig dug serrr tiap nunggu si dia. Kapan pun dan di mana pun ada yang selalu bisa di call. Pokoknya asyik deh."
Jadi anggapannya hidup orang lain itu lebih enak, lebih baik, lebih nikmat, lebih segalanya. Lalu berandai-andai : seandainya hidup kita kayak hidup dia, dunia kita kayak dunia dia. Kita jadi kurang bersyukur dengan hidup kita sendiri.
Padahal mana ada sih orang yang hidupnya selalu senang. Seperti kata pepatah (bikinan saya sendiri), setiap orang tuh punya pikulan sendiri. Artinya, siapa pun pasti punya senang dan susahnya sendiri. Punya pacar tidak selalu enak koq. Pasti ada sebelnya. Kadang bisa bikin jengkel and stress juga. Sumpah masa tidak percaya?! (saya yakin yang punya blog ini juga pernah merasakannya hahaha).
So, jangan heran kalau yang sudah punya pacar pun bisa mikir kayak gini : "Duh enak benar ngejomblo. Bebas sebebas burung terbang di udara. Asyik seasyik ikan berenang di laut. Nikmat senikmat ayam goreng istri saya di Quick Chicken, apalagi sambal bajaknya pak Didin pengantin baru itu loh, wuidiiiih uenak poll deh." (wadoh apa hubungannya hihi).

Berselubung Topeng
Tidak jujur dengan diri sendiri. Tidak terbuka. Tidak apa adanya.
"Aku tidak kepengen pacaran. Hanya buang-buang waktu. Aku happy koq sendiri. Suer. Yang sebenarnya aku belum ketemu yang oke. Maksudnya dia oke, saya juga oke gitu.
Padahal apa salahnya bilang "Aku bukannya tidak ingin, tapi belum ketemu yang pas aja". Kalau bilangnya tidak ingin pacaran hanya akan buang-buang waktu, happy hidup sendiri, lalu ternyata besok atau lusa sudah ketemu yang oke, kan jadi malu sendiri tuh mesti menjilat ludah sendiri.
Atau, "Hahh saya naksir dia?! Idiihh, amit-amit deh. Fitnah keji dari mana itu?! Sorry aja ya, dibayar cepek pun tidak bakalan saya ambil!". Yang sebenarnya, Aku sih okelah sama dia. Tapi lah gimana, dianya cuek banget. Masak saya perlu nyodor-nyodorin diri. Emoh ah.
Padahal apa salahnya bilang, "Dia cuek begitu, mana berani saya". Kalau bilangnya, Amit-amit, dibayar cepek pun saya tidak bakalan ambil dan ternyata dia itu sebenarnya naksir sama kita, cuma dianya pemalu banget jadi pasang sikap cuek bebek. Sok jaim alias jaga image. Baru tahu rasa ente.
So, tinggalkan topeng itu. Apa adanya saja lah. Minimal jujur pada diri sendiri. Toh naksir, senang atau kagum sama seseorang itu wajar koq. Bukan aib. Bukan dosa. Asal jangan vulgar. Jangan ngobral. Jangan norak. Jujur dengan elegan. Atau, jujur sekaligus bijak gitulah.

Larut Terbawa Perasaan (Baper)
Merasa kasihan dengan diri sendiri. Nelangsa. Seakan dengan ke-jomblo-an itu kita menjadi orang yang paling malang di dunia. Hidup kita terasa gelap pekat. Bagai orang yang tergelincir ke dalam terowongan 3000 meter di bawah permukaan laut. Tak seberkas cahaya pun di sana. Dan tak berujung pula. Wahhaha.
Kalau main gitar, lagu yang di dendangkan tak -jauh-jauh dari lagu Chrisye : Di malam yang sunyi ini aku sendiri, tiada yang menemani... hiks. Atau lagu Koes Plus : Hidupku selalu sepi, menjerit dalam hatiku... hiks. Orang-orang pun jadi miris alias masgul alias garuk-garuk kepala tidak gatal mendengarnya.
Yah, no comment deh. Orang yang lagi nelangsa begitu biasanya emosinya juga labil. Tidak bisa diajak rasional. Kita ngomong segi tiga, dia bisa nangkap segi empat. Salah ngerti malah jadi runyam. Tambah masalah. Lagian, dia juga mungkin memang tidak butuh nasihat. Yang lebih dia butuhkan adalah empati dan simpati.
Kalau pun ada kalimat yang bisa kita ucapkan buat menghiburnya, paling ini "You'll never walk alone, Jomblo!!!" (ngutip lagu kebangsaannya kesebelasan liverpoll dari inggris). Kan yang jomblo bukan cuma dia. Banyak. Jadi, pastilah ada teman gitu, hehe :).

Memaksakan Kehendak
Tiga grade pemaksaan dalam perjombloan :
  • Grade 1, agak maksa : "Hai, cowok godain kita dong!" Itu kalau cewek. Kalau cowok, " Hai cewek, kita godain ya!" (kalau tiak digodain atau ngegodain tuh, gatel deh).
  • Grade 2, maksa : "Pokoknya saya mesti dapetin dia. Saya harus jadian sama dia. Biar pun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang". (Lalu buatlah skenarionya : Bayar preman buat gangguin dia, lalu dengan gaya bruce li lengkap dengan "ciattt-nya" yang khas datang menyelamatkan dia).
  • Grade 3, sangat maksa : "Aku tidak bisa hidup tanpa dia. Tidak bisa. Saya lebih baik mati saja kalau tidak bisa kawin sama dia. Mati saja!" (Dan dalam hati : nasib saya koq jelek banget. Salah apa bunda mengandung?! Saya mau kembali ke dalam rahim bunda saja! Tapi segede gitu, bagaimana masukinnya ya??!).
Padahal segala sesuatu itu tidak bisa di paksakan apalgi soal jodoh, pasti akan lebih banyak buruknya dari pada baiknya. Usaha tentunya tidak salah, punya keinginan monggo silahkan. Tapi kita perlu mengiringinya dengan penyerahan diri kepada sang khalik (tawakal)  : "Bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak-Mu!".
Dengan berusaha dan berserah (juga tentunya berdoa), hidup akan terasa lebih ringan. Keriki-kerikil di jalaj tidak akan mengganggu langkah hidup kita. Tuhan lebih tahu dan lebih mengerti apa yang terbaik buat kita koq. Percaya deh.

Sirik
Orang Manado bilang mangiri. Alias iri dengki. Tidak senang melihat orang lain senang. Senangnya menjelek-jelekkan dan ngecil-ngecilin kebaikan orang lain.
"Alaaa, dia sih piala bergilir. Lihat saja, bentar lagi juga dia akan pindah ke pelukan cowok lain. Saya sih amit-amit dapatin dia!".
"Eh kamu tahu tidak, dia itu kan bekas pacarnya teman saudara teman saya. Nah, kata teman saya, teman saya dari saudaranya, saudaranya dari temannya yang mantan dia itu, dia pernah terlibat narkoba tuh. Pernah di gerebek polisi segala. Orang tuanya sampai jual rumahnya untuk bebaskan dia dari penjara".
Padahal ke-sirik-an hanya akan membuat kita makin buruk di mata orang lain. Dan pastilah di mata Tuahn juga. Alias tidak ada faedahnya.
Lihat deh wajah Siti Sirik di majalah Bobo, jelek kan?! Pasti bukan tanpa sengaja si pencipta komik itu menggambarkan wajah Siti Sirik jelek begitu. Hidung panjang, Dagu panjang. Keriput di sana-sini. Mata gede melotot. Hih seram.. By Ayub Yahya


Related Posts :

Silahkan klik disini untuk berlangganan Artikel Gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di HARMANSYAH BLOG

0 komentar:

Post a Comment

...... Terima kasih telah berkunjung, silahkan berkomentar dengan baik sopan sesuai dengan tema konten dan tidak mengandung unsur Sara ......