Jomblo - Kalau kita bisa mengubah sesuatu yang ingin kita ubah, ubahlah. Tapi kalau kita tidak bisa mengubahnya, cara terbaik : Terimalah dengan lapang dada. Termasuk dalam hal jomblo. Kalau itu memang bagian yang Tuhan sediakan untuk kita, DIA pasti akan memperlengkapi kita untuk menjalaninya. Tidak mungkin kan Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi kalau itu buruk buat kita.
Kerap kita tidak bisa mengelak dari keadaan yang tidak kita inginkan. Tapi kita tetap bisa memilih sikap atau tindakan apa yang akan kita ambil, sebagai reaksi terhadap keadaan itu. Nah, bagaimana reaksi kita akan sangat menentukan keadaan itu selanjutnya, akan menjadi baik atau malah (lebih) buruk.
Misalnya, sakit. Sekeras apa pun kita menjaga kesehatan seperti minum vitamin, makan teratur, tidur secukupnya, olahraga rutin, tapi eh ada saja saatnya kita sakit. Iya kan? Entah itu sakit ringan, entah sakit berat. Kita tidak bisa mengelak. Tetapi kita bisa memilih sikap atau tindakan seperti apa sebagai reaksi kita terhadap sakit itu.
Kita bisa terus ngedumel, menyesali habis-habisan marah-marah, semprot sana semprot sini. Pokoknya tidak terima. Akibatnya ya, kita bisa stress sendiri. Tambah pusing tujuh keliling. Orang lain juga mungkin akan menjadi jengkel dengan kita. Lah, emang enak dekat-dekat orang yang terus ngeluh dan uring-uringan?! Penyakit tidak bisa sembuh, malah timbul masalah baru.
Atau, kita bersikap tenang. Kita beerserah diri kepada Tuhan. Kita percaya di balik segala hal yang Tuhan izinkan terjadi, pasti ada hikmahnya. Dengan bersikap begitu, bisa saja penyakit kita tidak lantas sembuh, tapi minimal kita tidak jdadi stress. Tidak tambah pusing tujuh keliling. Kita tetap bisa bersyukur, menikmati hari-hari dengan gembira. Relasi kita dengan orang lain juga tidak terganggu.
Ngejomblo juga begitu. Bisa saja kita tidak bisa mengelakdari setatus jomblo. Kita sudah berdoa, sampai lidah kita terasa kelu memohon kepada Tuhan. Kita juga sudah berusaha begitu keras. Hingga ibarat hati kita sebuah rumah, pintunya sudah kita buka lebar-lebar, jendelanya sudah kita pentangkan, bahkan atapnya sudah kita bongkar habis. Sudah plong blong. Tetapi koq ya sang pangeran berkuda atau sang putri bercadar putih yang kita harapkan itu tak juga kunjung datang. Angin yang berhembus hanya membawa sepi. Hiks.
Lalu gimana dong?!
Selanjutnya ya, tergantung kita. Kalau kita melihat ke-jomblo-an itu sebagai aib, sebagai sesuatu yang memalukan dan menyedihkan, kita bisa terus tenggelam dalam kekecewaan dan kekesalan. Rasanya Tuhan tidak adil. Hidup pun terasa tidak enak. Sepi. Getir. Sengsara. Kita jadi murung. Hidup segan, mati tak mau.
Efeknya, kalau misalnya kita lagi pergi-pergi ke mall atau pesta ulang tahun teman, lalu ada yang tanya, "Koq sendirian?!" kita artikan sebagai sindiran. Kita pun marah. Murung. Padahal orang cuma tanya, tidak ada maksud apa-apa. Yang celaka, kalau kemudian kita banting harga . Ngobral. pokoknya siapa saja yang nyamperin kita oke-in tanpa kita pikir-pikir dahulu.
Mending kalau kitadapat orang yang tepat. Lah, kalau tidak?! Apa tidak sedang membangun neraka buat diri sendiri tuh. Nyeselnya bisa seumur hidup loh. Serammm. Relasi khusus antara pria dan wanita terutama kalau kita itu mengarah ke jenjang pernikahan tidak bisa dibangun di atas dasar ketergesaan dan keterpaksaan, apalagi asal-asalan. Sungguh.
Tetapi kalau kita melihat ke-jomblo-an itu secara positif sebagai bagian dari rencana Tuhan atas hidup kita. Percaya dah, ke-jomblo-an itu tidak akan menjadi beban yang menakutkan. Kita bisa tetap enjoy dengan "kesendirian" kita. Happy dengan hari-hari kita. Pikiran kita pun akan lebih terbuka melihat sisi-sisi baiknya nge-jomblo, bahwa ngejomblo tidak melulu berarti "kisah sedih di hari minggu" (ups..malah jadi kayaq lagu hehe). Dan yang paling penting, kita tetap dapat membuka diri tanpa mesti "mengobral" diri. Pokoknya so good-lah.
Bisa saja sih sesekali kita juga merasa lonely. Atau kepikiran enaknya kalau ada yang ngapelin atau diapelin, ada yang perhatiin dan diperhatiin, ada yang nyayangin dan disayangin. Tapi perasaan dan pikiran semacam itu tidak akan membuat kita lantas jadi nelangsa. Apalagi kalau sampai mengutuk "malam dimana kita dikandung bunda". Pasti tidaklah.
Paling kita bernyanyi sendu. Bisa lagu pop nya almarhumah Nike Ardila "Jenuh aku mendengar manisnya kata cinta lebih baik ku jomblo. Bukan nya sekali, sering ku mencoba, namun ku gagal lagi... hiks. Hanya iman di dada yang membuat ku mampu selalu tabah menjalani ... yeah!."
Bisa juga lagu rohani. Macam "Kekuatan serta Penghiburan", "Jalan Hidup Tak Selalu", "Hanya DIA-lah Yang Tahu", atau "Nearer, My God, to Thee" (Itu loh lagu yang mengiringi tenggelamnya kapal titanic haha).
So, jangan kecil hati kalau kita ngejomblo. Apalagi patah arang, patah hati, sampai kita juga kepengen patah leher segala. Jangan ya sob. Manusia berpikiran kerdil itu namanya. Dunia jomblo pun tak kalah indahnya kok. Asal kita tidak melihat dan menyikapinya secara negatif. Percaya deh. By Ayub Yahya
Sekian Artikel tentang Bila Jomblo Tak Terelakkan, Semoga bisa bermanfaat. "Happy Blogging"
Sekian Artikel tentang Bila Jomblo Tak Terelakkan, Semoga bisa bermanfaat. "Happy Blogging"
Related Posts :
Silahkan
klik disini untuk berlangganan Artikel Gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di HARMANSYAH BLOG
2 komentar:
Aku sangat suka dengan quotenya :
' jika kamu ingin mengubah sesuatu, ubahlah. Tapi jika tidak mampu mengubahnya, terimalah dengan lapang dada'
Betuuuul banget itu 👍.
Menerima dengan lapang dada tentang suatu keadaan itu adalah paling tepat.
Bisa nrimo dan legowo malah pikiran jadi lebih enak menjalaninya.
@himawan sant, bener mas harus nerima dengan lapang dada, kalau dipaksakan ntar malah jadi galau
Post a Comment
...... Terima kasih telah berkunjung, silahkan berkomentar dengan baik sopan sesuai dengan tema konten dan tidak mengandung unsur Sara ......