Banyak Jalan Menuju Jomblo

|
"Apa yang terjadi dalam hidup ini tidak selalu bisa kita mngerti. Otak kita terlalu terbatas untuk mengungkap kompleksitas hidup. Termasuk, misalnya, kenapa "doi" begitu gampang mendapatkan pasangan sedang "dia" koq begitu sulit alias jomblo teruss. Kadang emang tidak selalu bisa dijelaskan dengan akal. Maka dalam menjalani cerah suram kehidupan kuncinya sebetulnya ini : berdoa, berusaha dan berserah diri."

Banyak Jalan Menuju Jomblo - Ada banyak alasan kenapa orang nge-jomblo. Ada yang karena memang sudah pilihan. Jadi kesempatan sih ada kesiapan mental, spiritual dan material juga oke. Cuma ya, tidak mau aja. No way lah.

Jomblo
Jomblo

Nah, tidak maunya itu bisa jadi karena ingin konsen dengan studi atau karier. Tidak mau diganggu segala urusan tetek (bukan yang itu ya) dan bengek (bukan saudaranya asma). Bisa karena ingin total mengabdi panggilan hidup. Misalnya ngurusin anak jalanan, atau ke daerah terpencil dan melayani suku terasing di sana.
Atau, bisa juga karena ingin setia menanti cinta "sang tambatan hati". Biar pun doi sudah punya pasangan alias tidak sendiri lagi. Prinsipnya, sebelum "janur kuning melengkung" (merid maksudnya) penantian jalan terus. Bahkan, andaikan pun nanti sang janur akhirnya melengkung juga ya "kutunggu jandamu!" (kalau cewek, ya "kutunggu dudamu"). Pokoknya seperti lagunya Meriam Bellina : ku tutup pintu hati untuk semua cinta walau batin ini menjerit... hiks! Lah habis gimana, sudah cinta setengah mati setengah hidup sama dia. Tidak bisa pindah ke lain hati.
Apa pun alasan orang memilih ngejomblo, kita perlu menghargainya. Jangan malah sinis atau curiga yang tidak-tidak. Ngejomblo atau tidak, toh itu hak asasi setiap orang. Hak asasi berarti hak yang diberikan Tuhan kepada manusia dari sejak lahir. Sama seperti hak untuk hidup, hak untuk diperlakukan secara adil dan beradab atau hak untuk dicintai dan mencintai.
Ada juga yang memilih ngejomblo karena trauma. Misalnya dulu pernah pacaran. Sayang banget sama doi, sampai-sampai segalanya sudah diberikan. Tapi, eh, dikhianati. Doi ternyata punya kekasih lain. Sakit sekali. Nyeriya ke sumsum tulang. Serasa digigit seribu ekor lebah. Padahal satu gigitan saja sudah sangat sakit banget auh auh.
Atau, trauma karena melihat ortu berantem melulu. Tidak siang tidak malam. Tidak panas tidak Hujan. Mana berantemnya tidak kira-kira, pakai piring terbang, panci terbang, gelas terbang (saling melempar gitu hehe). Ditambah lagi makian kebun binatang. Sudah gitu melihat teman yang sudah berumah tangga, sami mawon. Berantakkan. Malah sampai cerai. Jadinya takut. Dari pada sengsara, mendingan ngejomblo. Bisa bebas sebebas burung di udara.
Kita harus simpatik dengan orang-orang seperti itu. Hidup dengan trauma itu tidak enak loh. Mereka adalah korban sesamanya, korban lingkungan, atau bahkan korban dirinya sendiri. Jadi, ya tolonglah mereka. Minimal jadilah teman buat mereka. Jangan sampai sikap dan kata-kata kita malah tambah melukai.

Ada juga yang ngjomblo bukan karena pilihan, tapi lebih karena keadaan dan kesempatan yang belum klop. Ibarat mur belum ketemu bautnya, atau pelecing kangkung belum ketemu kerupuknya (haha...malah jadi laper). Jadi, keinginan sih ada. Bahkan besar sekali. Cuma belum ketemu yang pas.
Nah, belum ketemu yang pas itu bisa karena standar yang terlalu tinggi setinggi awan yang melayang ke angkasa. Kebanyakn milih. Mikirnya tuh seperti orang yang mau naik bis. Yang itu kotor, malas ah. Yang ini tidak ada AC nya, ogah ah panas. Sing iku sopire ora meyakinkan, emoh ah. Ah Uh Ah Uh terus, jadinya tidak naik-naik. Tetap mangap diterminal seperti patung mayura samping gapura (haha..).
Maunya yang perfect. Cakep (kalau cewek kayak istri saya, kalau cowok kayak saya sendiri hahaha), kaya raya (kayak bill gates), pintar (kayak albert einstein), baik hati, rajin mengaji, rajin menabung dan tidak sombong serta enak diajak ngobrol (kayak saya lagi hehe). Maaf ya berjanda eh bercanda, habis susah banget nyari contohnya. Pokonya yang ideal banget. Ya tidak nemu-nemu. Jadinya ya jomblo terus.
Bisa juga karena kurang berusaha. Lah, gimana bisa ketemu yang pas kalau terus mengurung diri di penjara, eh kamar ding. Tidak mau menggauli, eh salah lagi maksud saya bergaul. Berharap doi datang sendiri ke rumah, tuk tak tuk tak datang bawa bunga mawar berwarna pelangi (atau sebendel uang) dan bilang "Hai ini aku, Goadin aku dong!".
Ya ampun! astaga naga! waw! Brota and Sista, jodoh itu tidak turun dari langit. Usaha itu harus ada aturan-aturannya. Minimal cari peluang dong. Buka diri supaya mengenal dan dikenal orang lain sebanyak mungkin.
Caranya? Ya, bergaullah. Ikuti aktivitas muda-mudi di komunitas tertentu. Gabung dengan klub pecinta alam, klub medsos, atau klub apalah pokoknya yang baik. Kalau perlu jadi anggota power ranger hihi maaf bercanda. Sudah jadi hukum alam, makin banyak dikenal dan mengenal orang lain, makin besar kemungkinan ketemu yang pas.

Tetapi bisa juga tidak ketemu yang pas ini karena "faktor X". Alias blank. Tidak tahu kenapa. Padahal, modal cukup tampang tidak jelek-jelek amat, karier lumayan, jiwa raga sehat tidak ada gangguan serius. Doa dan usaha juga sudah lebih dari cukup. Tuntutan standar tidak macam-macam, pokoknya yang penting seiman, akhlak, sehat jiwa raga dan tentu saja harus lawan jenis  Cuma itu. Tetapi eh, kok ya tetap saja jomblo. Heran!.
Ya, begitulah hidup. Tidak semua hal bisa dijelaskan dengan logika. Otak kita terlalu terbatas untuk mengungkap semua realitas. Ada banyak hal dalam hidup ini yang hanya bisa kita terima tanpa reserve, jalani tanpa syarat. Itulah misteri. Misalnya, kenapa kita lahir disini, seperti ini dan dari orang tua begini? Tidak tahu. Kita hanya bisa menerimanya.
Jomblo juga terkadang begitu. Tidak selalu bisa dijelaskan dengan logis atau masuk akal. Kenapa samapi ngejomblo? pokoknay entahlah.
Lalu gimana dong?!
Kalau suatu keadaan itu tidak dapat kita ubah, jalan terbaik dan sehat pula ya, kita terima sajalah. Jalani dengan legowo. Toh menyalahkan diri sendiri, uring-uringan, marah-marah menyesali habis-habisan tidak ada gunanya. Selain akan menambah masalah.
Paling enak hidup itu mengalir sajalah. Apa yang harus kita lakukan, lakukan yang terbaik, semampu kita bukan semau kiita. Soal hasilnya gimana, kita serah kepada sang Khalik. Yang penting kita sudah do the best. Melawan arus hanya akan menimbulkan riak-riak gelombang. Kita akan capek sendiri nantinya . Buang-buang energi. So go with the flow, jomblo!. By. aYub yahya

Sekian dulu sobat, semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk para jomblo. Cekidot... "Happy Blogging".

Related Posts :

Silahkan klik disini untuk berlangganan Artikel Gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di HARMANSYAH BLOG

2 komentar:

Himawan Sant said...

Terkadang tak sedikit yang kutemui orang memilih menjadi jomblo setelah kegagalan masa lalu tentang percintaan dan malas mengulangi 'drama' di cerita perjalanan cinta yang bikin banyak membuat pusing kepala.

Aku ada keinginan juga loh jadi sukarelawan di daerah terpencil, tapi ngga tau prosedurnya bagaiamana

Harmansyah said...

@himawan sant, Iya sob buat orang yang sudah trauma dengan masalah hati menjadi takut untuk memulai percintaan lagi dan akhirnya memutuskan untuk menjombolo dulu,
Tergantung dari komunitas relawan yang ingin sobat masuki, seperti KSR PMI harus mengikuti pelatihan PMI di kabupaten/kota atau dikampus terlebih dahulu untuk masuk ke KSR (korps sukarela) milik PMI , coba tanya teman yang sudah menjadi relawan di daerah sobat

Post a Comment

...... Terima kasih telah berkunjung, silahkan berkomentar dengan baik sopan sesuai dengan tema konten dan tidak mengandung unsur Sara ......